Rabu, 15 Oktober 2014

Netral

Aku tak mengerti begitupun kau
Lebih baik kita sama-sama diam
Pun kalau kau bicara aku tak dengar
Aku bicara kau marah
                            
Lain ikan kalau tak bersisik
Bukan damai  kalau berisik
Gang mucikari sudah mau tutup
Ribuan mulut menggantungkan suapan pada perniagaan syahwat yang dilegalkan atas nama kebebasan dan pendapatan negara
Jadi jangan heran, ketika pintu-pintu toko itu terancam dihancurkan
Asap-asap ban bekas pun jadi simbol perlawanan
Maka sekali lagi atas nama kebebasan yang universal
Mereka tak peduli dibilang amoral asal bisa makan
Lihatlah tulisan “Jangan ganggu kami”
“Tutup lokalisasi atau revolusi”
Lihatlah demi perut
Tumpah darah tak menjadi soal
Salah siapa, entahlah
Kita sama-sama tak tahu
Ayo kita pura-pura tutup mata saja
Percuma bicara nilai-nilai
Kalau lambung tak terisi
Lidah tak akan mampu berucap manis
Sedang tak pernah paham rasa gula pasir
Tahukah kau ada yang sedang menangis hingga pingsan
Menolak kehadiran pabrik semen yang berpotensi mengancam lingkungan mereka
Pasti tidak, dikoran dan televisimu hanya soal dua kandidat yang saling debat
Tahukah kau kalau orang-orang sekarang hanya pusing pada dua perkara
Menghina dan mengharap
Menghina macam tak punya dosa
Mengharap tinggi-tinggi macam tak takut dicurangi lagi
Mereka telah lupa
Lebih baik kita sama-sama diam
Tak apa dibilang lemah
Dikata tak acuh biarlah saja
Kau dan aku pastilah penghuni neraka yang paling dalam
Sebab ditengah segala jenis omong kosong ini
Kita memilih netral
by : Atika Saidin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar